Skip to main content

september ceria.. ;p

selalu ada alasan mengapa aku berada disini,
dan keyakinan itu membuatku mampu bertahan hidup..
[noriko tachiki]

walah.. 11 tahun cing! apanya? ngendon di kota mendoan, Purwokerto. gila juga, kagak bosen apa?
nah itu dia, Purwokerto dari awal mula disambangi udah mbetahin banget.. pertama, kotanya emang adem ayem. bahasanya gak ada matinya.. jauh dari pusat feodal Jawa kayak kraton Solo n Jogja.. kedua, orang2nya adaptif (berarti adaptor dunk..) terbukti sekarang pun ada hotspot di AQUATIC seafood lounge (iklan dikit bos!) warnet naudzubilee tambah terus.. ketiga, makanan yang gak pernah abis2nya jadi ikon: mendoan man!
...
aku belom banyak cerita gimana jungkir baliknya komunitas di purwokerto.. bisa2 ga abis sebulan buat sekedar cerita temen ngopi joss di depan pom bensin pabuaran. gerakan? busyet... aku ketipu lagi! wakakak... kaga tau dah... sekedar merayakan 11 tahun keberadaan di kota ini, yap... itu aja yang jadi awalan.
..
tadi siang jam 1-an aku jalan ke depan kampus tercinta..hahaha.. ketemu Ipunk "revolta" pegiat FLP (forum lingkar pena) yang juga aktivis muda berdedikasi tinggi (bener neh..ga lagi ember) ngobrol seputar aktivitas ide n agenda ke depan.. ga serius2 amat.. dia punya banyak potensi besar buat jadi penulis dan pegiat komunitas basis.. aku menikmati benar obrolan dengannya.. lantas ketemu kang Febri n Gendon, what a coincidences? diajaknya aku makan siang di sebelah taman bacaan Taruna jl.kampus... lagi2 obrolan inspiratif gimana ke depan... surprise! ketemu artis.. bener2 artis dalam artian "art"... wuih.. Uki boeloeq komikus n desainer grafis media alternatif... ngobrol lagilah aku di Taruna.. hitung2 reuni satu hari penuh bareng orang2 yang pernah dan sampai sekarang support banyak buat perjalananku... whoaa... balik ke counter Parlin, lagi2 kejutan. Barid datang dan mengundang malam ini ngobrol serius di rumahnya. now, aku masih di warnet mungil, sebentar lagi aku cabut....
...
september ceria...
yap, baru seminggu...sudah begitu banyak pertemuan2 bermakna ku dapati
so let's start to make agenda...
dimulai dari hangusnya no simpatiku (ah sial...)
dimulai dari kosongnya dompetku... (lagi2 neh...)
dimulai dari jadi member khusus Kenanga-2..(yang ini beda..)
dimulai dari tulisan ini...
...
brothers and sisters... thx 4 being my companion in this world..
GBU all...

see ya...

Comments

lintas-batas said…
hampir 10 tahun berselang.. hehe, komentar kawan Ali Fakih sekarang ta balas. cerita 10 tahun silam masih lanjut kawan... saya masih di seputaran Banyumas. ga ada yang harus ditutup-tutupi dari pengalaman silam, tokh nyatanya sudah berlalu. kenapa harus ngarang? yang bisa dikarang hanya masa depan.. seketika waktu berjalan, tidak ada lagi yang bisa dikarang-karang. karna hidup bukan mencari kemenangan demi kemenangan... selamat jalan

Popular posts from this blog

[indonesiamembaca] Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat Catatan yang tertinggal namun patut untuk disimak. Perjuangan Membangun Budaya Membaca dan Menulis Oleh : Virgina Veryastuti Negeri ini semakin terpuruk setiap harinya, ketika semua yang diinginkan dapat diraih dengan mudah alias serba instant, masyarakat tak lagi menyukai sebuah proses yang membutuhkan waktu lebih lama. Mulai dari pemrosesan makanan hingga budaya belajar dapat dilakukan secara instant. Membuat generasi muda tak lagi mau belajar apalagi membaca, sebuah ancaman serius bagi masa depan sebuah bangsa. Jakarta (21/2) Dalam sebuah acara diskusi pengantar literasi yang bertajuk : Pengalaman Komunitas Basis Membangun Budaya Membaca dan Menulis Berbasis Perpustakaan bertempat di Perpustakaan Diknas, Siti Nuraini ketua harian Family Education Series (FEDus) mengungkapkan bahwa "Wajah anak bangsa saat ini begitu mengkhawatirkan, menurut data diknas tahun 2004-2005, sekitar setengah dari 85 juta jumlah anak Indonesia tidak bersekolah. Dan perin
Bob Marley, Sang Pemantra Rasta Yusuf Arifin Kalau Jah (Tuhan) tidak memberiku lagu untuk aku nyanyikan, maka tak akan ada lagu yang bisa aku nyanyikan. (Bob Marley, mati dari bumi 11 Mei 1981) Gedung London Lyceum malam musim panas tahun 1975. Tanggalnya 18 dan 19 Juli. Konon di dua malam inilah Robert Nesta Marley, atau Bob Marley, tuntas memenuhi suratan nasibnya; menasbihkan dirinya sendiri menjadi pengkhotbah untuk kaumnya, kaum Rastafarian. Benar bahwa sejak sekitar akhir tahun 60an Bob Marley telah menjadi salah satu pengkhotbah paling fanatik kaum Rastafarian. Tetapi dua malam di gedung pertunjukan tua Inggris itu Bob Marley mencapai kesempurnaan yang hanya bisa diimpikan oleh banyak pemusik besar dunia, siapapun ia. Bob Marley mencapai titik ekstase transendental di atas panggung. Panggung, bagi pemusik, adalah altar untuk mencari ekstase transendental yang tak bisa mereka dapatkan di dunia yang materialistik. Pengganti altar gereja, saf-saf masjid, teras-teras candi atau ap

KUCING, SITI, JOKO dan KAMTO

KUCING, SITI, JOKO dan KAMTO (TOTO RAHARJO) Hampir setiap hari, dari pagi sampai sore hujan tak kunjung reda-memang sedang musimnya. Tapi banyak orang mengatakan salah musim (salah mangsa), pertanda bahwa metabolisme kehidupan ini sedang amburadul. Di rumah masing-masing: Siti, Joko dan Kamto masing-masing menemukan seekor kucing yang tengah berteduh di teras rumah dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan. Melihat keadaaan kucing yang kelihatan memelas itu – Siti, Joko dan Kamto tergerak hatinya untuk menolong kucing tersebut dengan mempersilahkan kucing itu masuk ke dalam rumah. Apa yang dilakukan Siti, Joko dan Kamto terhadap kucing tersebut? Siti, ternyata tidak hanya sekadar menolong kucing dari kedinginan, dia juga tergerak hatinya untuk memelihara sekaligus mendidiknya. Karena Siti tidak mau maksud baiknya terhadap si Kucing itu kelak di kemudian hari justru malah merugikan, contohnya: Siti tidak mau kucing itu kencing dan berak di sembarang tempat, dia ju